Minggu, 08 Desember 2013

Analisa Perhitungan Umur Bantalan Pada Lori Pengangkut Buah Kelapa Sawit

Lori buah adalah alat untuk mengangkut dan tempat merebus buah lori yang diisi penuh dan merata sekitar 4 – 4,5 ton/lori pada PT. Agrasawitindo Bengkulu Tengah. Pada lori buah terdapat beberapa komponen seperti bantalan, poros dan lain-lain. Pada saat perebusan lori bekerja dengan suhu 1400C. Temperatur tinggi mengakibatkan bantalan rusak atau berumur pendek. Hal ini disebabkan pelumas/grease yang  digunakan adalah  grease tipe Shell Alvania Grease HDX 2 dengan suhu kerja terendah -100C dan suhu kerja tertinggi +1200C. Sementara suhu kerja pada stasiun perebusan sebesar +1400C sehingga  pelumas/grease yang digunakan mencair atau meleleh yang mengakibatkan ball bearing dan cangkang bearing mengalami kontak secara langsung sehingga bantalan rusak dan berumur pendek. Untuk mengetahui umur bantalan dan sistem pelumasan bantalan maka dilakukan perhitungan dan analisa umur bantalan pada kerja praktek ini. Dari hasil analisa dan perhitungan diperoleh beban ekivalen (P) sebesar 113,89 N dan umur bantalan 0,22 juta putaran dengan waktu operasi 2444 jam. Agar bantalan dapat bekerja sesuai dengan umurnya hendaknya menggunakan grease dengan jenis LGHP 2 yang memiliki high temperature performance limit (HTPL) sebesar +1500C dan low temperature limit (LTL) sebesar -400C agar sesuai dengan suhu kerja dari bearing pada saat di stasiun perebusan.  Analisa perhitungan umur bantalan gelinding pada lori pengangkut buah kelapa sawit dilakukan untuk mengetahui umur bantalan berdasarkan waktu operasi yang distandarkan oleh produsen bantalan (SKF).


Pendahuluan

I.1 Latar belakang
PT. Agra Sawitindo adalah perusahaan pengolah kelapa sawit menjadi crude palm oil (CPO) dan inti (kernel) pada pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) dengan kapasitas sekitar 45 ton/jam tandan buah segar (TBS). Dalam pengolahan kelapa sawit menjadi CPO dan inti sawit (kernel) terdapat beberapa stasiun yang harus dilalui yaitu: stasiun penerimaan buah (fruit reception station), stasiun perebusan (sterilizing station), stasiun penebahan (threshing station), stasiun pengempaan (pressing station), stasiun pemurnian minyak (clarification station), stasiun pengolahan inti (kernel recovery station).
Pada stasiun penerimaan buah (fruit reception station) terdapat tempat pemindahan buah (loading ramp) dan lori buah. Fungsi dari loading ramp adalah sebagai tempat penampungan sementara TBS dari kebun sebelum diproses dan untuk mempermudah pemindahan TBS kedalam lori buah. Lori buah berfungsi  untuk mengangkut, memindahkan dan tempat merebus  TBS ke mesin perebusan dengan kapasitas 4 - 4,5 ton/lori. Lori buah memiliki empat buah bantalan gelinding sebagai penggerak roda lori dan pelumas bantalan. Pelumas bantalan yang digunakan adalah Shell Alvania Grease HDX 2.
         Temperatur pada stasiun perebusan buah adalah 1400C dan lama waktu perebusan adalah 60 menit sampai temperatur merata ke seluruh TBS. Temperatur perebusan yang  tinggi pada stasiun perebusan  mengakibatkan grease/pelumas yang terdapat pada bantalan lori  mencair. Grease/pelumas yang mencair menyebabkan ball bearing dan cangkang bearing mengalami kontak secara langsung. Hal ini menyebabkan bantalan cepat rusak dan umur bantalan menjadi singkat. Untuk mengetahui umur bantalan dan sistem pelumasan bantalan maka dilakukan perhitungan dan analisa umur bantalan pada kerja praktek ini.


1.2 Tujuan
            Tujuan dari kerja praktek ini adalah untuk mengetahui umur bantalan dan sistem pelumasan bantalan pada lori TBS.
1.3 Batasan masalah
Batasan masalah dalam kerja praktek ini membahas umur bearing dan efek pelumasan pada roda lori buah pengangkut buah kelapa sawit.
1.4 Sistematika penulisan
Dalam penulisan laporan kerja praktek ini, terdiri dari beberapa bab dan lampiran. Pada Bab I Pendahuluan berisi latar belakang, tujuan, batasan masalah dan sistematika penulisan yang mencerminkan isi dari laporan. Pada Bab II Tinjauan pustaka  berisi tentang tinjauan pustaka mengenai teori dasar tribologi, bantalan , material bantalan,  pelumasan, dan proses pengolahan TBS sawit. Pada Bab III Metodologi berisi prosedur  penelitian, material bantalan, alat dan bahan dan perhitungan umur. Bab IV Hasil dan Pembahasan berisi hasil dan pembahasan dari hasil kerja praktek dan membandingkan dengan literatur. Pada Bab V Penutup berisi kesimpulan dan saran  dari isi laporan kerja praktek ini.

Dasar teori
1.1  Tribologi
Tribologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata tribos yang berarti interaksi dan logy atau logia artinya studi. Tribologi adalah studi tentang interaksi atau dari permukaan yang saling bergerak relatif.  Sejak zaman kuno pelumas telah digunakan misalnya  pada  peralatan seperti roda pembuatan keramik, engsel pintu, roda kereta,  seluncur untuk  menyeret batu besar/patung di Mesir dan lain-lain. Teknologi pelumas dan pelumasan dibahas secara ilmiah merupakan pembahasan yang relatif baru.
Hukum tribologi dirumuskan pertama kali oleh seorang insinyur  Leonardo da Vinci (1452-1519) yang mengemuka pada abad ke-15. Ia menemukan bahwa gaya friksi sebanding dengan gaya normal. Sekitar tahun 1966 terminologi  tribologi diperkenalkan sebagai ilmu sains tentang friksi  (friction), keausan (wear), pelumasan  (lubrication), dan sudah digunakan secara luas  untuk menggambarkan aktifitas yang cakupannya sangat luas dalam teknologi.
Friksi  adalah bagian  cabang ilmu dari bidang teknik mesin ataupun fisika. Wear adalah bagian dari ilmu bahan atau metalurgi. Lubrication adalah ilmu yang berhubungan dengan pelumasan.  Sehingga diperoleh defenisi  tribologi adalah gabungan  ilmu indisipliner dalam semua aspek yang  memberikan dasar sains  untuk memahami fenomena gesekan dan pelumasan dalam sistim tribologi. Efisiensi  pelumasan dan aplikasi pelumas selanjutnya tergantung pada paremeter seperti  konsistensi, properti aliran atau viskositas untuk  cairan yang selalu muncul pada  spesifikasi semua pelumas.

2.1.2 Friksi (Friction)
Gaya yang menahan gerakan sliding atau rolling satu benda terhadap  benda lainnya disebut dengan friksi. Salah satu faktor yang penting dalam mekanisme operasi sebagian besar peralatan atau mesin adalah friksi.  Friksi besar  (high friction)  dibutuhkan pada mur dan baut, klip kertas,  penjepit (tang catut), sol sepatu, alat pemegang dan lain-lain. Pada saat berjalan agar tidak terpeleset diperlukan gaya friksi. Friksi juga diperlukan agar dapat menumpuk pasir, dan lain-lain. Namun disamping itu friksi juga merupakan tahanan tehadap gerakan yang bersifat merugikan.20%  tenaga mesin mobil dipergunakan untuk mengatasi gaya friksi pada elemen mesin yang bergerak.  Oleh karena itu friksi kecil (low friction), dikehendaki untuk benda yang bergerak seperti tenaga  mesin (engine), ski, elemen arloji/jam dan lain-lain. Disamping itu juga dibutuhkan friksi konstan (constant friction ) yaitu untuk rem, dan  kopling agar gerakkan tidak tersendat sendat.
 Beberapa ratus tahun yang lalu Friksi telah dipelajari sebagai cabang mekanika, sementara 2 abad yang lalu hukum  dan metode untuk memperkirakan besarnya friksi telah diketahui. Namun mekanisme friksi, yaitu  fenomena atau proses hilangnya energi jika dua permukaan saling bergesek tidak  dapat dijelaskan dengan baik.  Penyebab utama friksi antara dua logam kelihatannya adalah gaya tarik (adesi) daerah  kontak (contact region) dari permukaan yang secara mikroskopik tidak beraturan. Jika  diperbesar permukaan menyerupai bukit dan lembah. Jika ada beban, ketika 2 permukaan bersinggungan, dua bukit menempel (adesi atau menyatu) atau terkunci dilembah permukaan dihadapannya. Friksi timbul akibat adanya  geseran (shearing) bukit yang menyatu tersebut dan  juga akibat  ketidakteraturan  permukaan.tersebut, bagian yang keras tertanam kepada bagian lunak. Friksi dari slidding  dua benda padat yang diperoleh dari ekperimen sederhana menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 
1.      Besarnya friksi hampir tidak bergantung pada luas kontak. Misalkan sebuah bata ditarik diatas meja maka besar gaya friksi yang dihasilkan tetaplah sama, baik posisi  bata  berdidri ataupun  tidur. (Leonardo da Vinci (1452-1519)
2.      Beban yang bekerja pada permukaan berbanding lurus dengan friksi. Apabila bata ditumpuk empat ditarik diatas meja, besarnya friksi empat kalinya friksi satu bata yang ditarik. Jadi rasio gaya friksi  F terhadap beban L adalah tetap. Rasio yang tetap tersebut disebut  koefisen friksi (coefficient of friction ) dan biasanya  diberi simbol huruf  Yunani (µ ). Secara matematik persamaan dapat ditulis sebagai berikut :
µ=FL
Koefisien friksi (µ ) tidak memiliki satuan, karena friksi dan beban yang diukur dalam satuan gaya  (pound atau Newton) saling meniadakan.  Sebagai contoh  harga koefisien friksi =0,5 untuk kasus bata ditarik diatas kayu yang  berarti bahwa dibtuhkan gaya sebesar setengah dari berat bata untuk mengatasi friksi, dan  menjaga bata bergerak secara konstan. Gaya friksi arahnya selalu berlawanan dengan arah gerak  bata. Karena friksi timbul antara permukaan yang bergerak maka ini disebut friksi kinetik  (kinetic friction). Ini untuk membedakan dengan friksi statik (static friction), yang bekerja pada permukaan  yang diam. Harga friksi statik selalu lebih besar dari friksi kinetik  Friksi rolling (rolling friction) terjadi jika suatu roda, slinder  ataupun bola  menggelinding bebas diatas permukaan, seperti halnya pada ball tau roller bearing. Sumber  friksi utama dalam gerakan rolling adalah disipasi  energi yang melibatkan deformasi  benda. Jika bola keras menggelinding diatas permukaan, bola sedikit  peyang dan  permukaan  sedikit legok pada daerah kontak.  Deformasi elastik atau kompresi pada daerah kontak tersebut merupakan penghambat gerakan dan energinya tidak kembali saat  benda kembali ke bentuk semula. Enegi yang hilang pada kedua bagian permukaan sama  dengan energi yang hilang pada bola yang jatuh dan  terpantul. Besarny  friksi slidding pada umumnya 100 sampai 1000 kali lebih besar dibandingkan dengan friksi  rolling. Keuntungan gerakan rolling dipahami oleh manusia pendahulu sehingga ditemukan roda.

2.1.2 Keausan (wear)
Keausan (wear) adalah hilangnya materi dari permukaan benda padat  sebagai akibat dari gerakan mekanik. Keausan umumnya sebagai kehilangan materi yang timbul  sebagai akibat interaksi mekanik dua permukaan yang bergerak slidding dan dibebani. Ini  merupakan fenomena normal yang terjadi jika dua permukaan saling bergesekan, maka  akan ada keausan.atau perpindahan materi. Contohnya  uang logam manjadi tumpul setelah lama dipakai akibat bergesekan dengan  kain dan jari manusia. Pensil mejadi tumpul akibat bersesek dengan kertas, jalan  menjadi legok atau tumpul akibat digelindingi oleh roda kereta terus menerus. Hanya makhluk hidup (sendi tulang) yang tidak rusak akibat keausan disebabkan memilki  kemampuan penyembuhan diri. Dengan pertumbuhan. Namun ada juga organ yang tidak  punya kemampuan pulih, misalnya gigi. Studi tentang keausan secatra sistematik dihampat oleh dua faktor utama yaitu;
1.      Adanya sejumlah mekanisme proses keausan yang bekerja terpisah.
2.       Kesulitan mengukur jumlah kecil materi yang terlibat. 
Kesulitan ini dapat diatas menggunakan teknik penelusuran (tracer techniques) isotop radioaktif yang memnungkinakn pengukuran jumlah kecil.
Dikenal ada jenis keausan 4 jenis keausan yaitu sebagai berikut :
1.      Adhesive wear adalah jenis yang paling umum, timbul apabila terdapat gaya adesi kuat  diantara dua materi padat. Apabila dua permukaan ditekan bersama maka akan terjadi  kontak pada bagian yang menonjol. Apabila digeser maka akan terjadi penyambungan dan  jika geseran dilanjutkan akan patah. Dan jika patahan tidak terjadi pada saat penyambungan maka yang timbul adalah keausan. Keausan adesi tidak diinginkan karena dua alasan : 
a.       Kehilangan materi pada akhirnya membawa pada menurunnyanya unjuk kerja suatu mekanisme.
b.      Pembentukan partikel keausan pada pasangan permukaan slidding yang sangat  rapat dapat menyebabkan mekanisme terhambat atau mahkan macet, padahal umur  peralatan masih baru.
2.      Keausan adesi beberapa kali lebih besar pada kondisi tanpa pelumasan dibandingkan  kondisi permukaan yang dipplumasi dengan baik.
3.      Keausan abrasi (abrasive wear)  terjadi apabila permukaan yang keras bergesekan dengan permukaan yang lebih lunak., meninggalkan goresan torehan pada permukaan lunak. Abrasi juga bisa disebabkan oleh patahan partikel keras yang  bergeser diantara dua  permukaan lunak. Fragmen abrasif yang ada dalam fluida mengalir cepat juga dapat  menyebabkan tertorehnya permukaan, jika membentur permukaan pada  kecepatan tingii.  Karena keausan abrasi terjadii oleh adanya partikel lebih keras dari permukaan masuk  sistem, maka pencegahannya adalah dengan mengeliminasi komtaminan keras.
4.      Keausan korosi (corrosive wear) terjadi ketika cairan atau gas kimia  menyerang  bagian permukaan yang tidak terlindungi oleh proses sliding. Secara normal , ketika permukaan korosi dihasilkan korosi seperti patina terpelihara tinggal di permukaan, sehingga dengan perlahan-lahan selanjutnya  terbentuk korosi. Tetapi, jika dilanjutkan sliding pada tempatnya, aksi sliding menghilangkan bagian permukaan yang bisa melindungi dengan cara lain melawan korosi selanjutnya, yang mana membawa tempat dengan laju lebih cepat. Permukaan yang telah terkena keausan korosi secara umum memiliki sebuah permukaan yang telah mengalami keausan korosif umumnya memiliki  penampilan relatif mulus

2.2  Bantalan/bearing
     Bantalan merupakan salah satu jenis elemen mesin yang menumpu poros berbeban, sehingga bantalan dapat melakukan fungsinya melakukan  putaran atau gerakan bolak-balik yang berlangsung secara halus, aman, dan panjang umur. Agar bantalan beserta elemen mesin lainnya dapat bekerja dengan baik bantalan harus kokoh. Prestasi seluruh mesin akan menurun atau tidak dapat berjalan semestinya  apabila bantalan  tidak berfungsi dengan baik. Ibaratkan sebuah gedung bantalan dalam permesinan dapat disamakan perannya dengan pondasi pada gedung.

2.2.1 Klasifikasi Bantalan
Bantalan dapat diklasifikasikan atau dikelompokkan sebagai berikut:
1.      Berdasarkan gerakan bantalan terhadap poros
a.       Bantalan luncur. Pada  jenis  bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros dan bantalan karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan bantalan dengan perantaraan lapisan pelumas .
b.      Bantalan gelinding. Pada jenis  bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar dengan yang diam melalui elemen gelinding seperti bola (peluru), rol atau rol jarum dan rol bulat.
2.      Berdasarkan arah beban terhadap poros
a.       Bantalan radial. Arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah tegak lurus sumbu poros.
b.      Bantalan aksial. Arah beban bantalan ini sejajar dengan sumbu poros.
c.       Bantalan gelinding khusus. Bantalan ini dapat menumpu beban yang arahnya sejajar dan tegak lurus sumbu poros.

2.2.2  Jenis-jenis bantalan gelinding
Berdasarkan gesekan yang terjadi antar permukaan bantalan gelinding mempunyai kelebihan memiliki gesekan yang sangat kecil dibandingkan dengan bantalan luncur. Gambar 2.5  memperlihatkan elemen gelinding seperti bola atau rol dipasang diantara cincin dalam dan cincin luar . Apabila salah satu cincin tersebut berputar, bola atau rol akan membuat gerakan gelinding sehingga gesekan diantaranya akan jauh lebih kecil. Untuk bola atau rol dengan cincin yang sangat kecil  maka besarnya beban per satuan luas atau tekanannya menjadi sangat tinggi. Sehingga bahan yang dipakai harus mempunyai ketahanan dan kekerasan yang tinggi.
            Klasifikasi bantalan gelinding sama seperti pada bantalan luncur yang terdiri atas: bantalan radial, yang terutama membawa beban radial dan sedikit beban aksial, dan bantalan aksial yang membawa beban yang sejajar sumbu poros . Berdasarkan  bentuk elemen gelindingnya, dapat juga dibagi atas bantalan bola dan bantalan rol. Selain itu  dapat juga dibedakan menurut banyak baris dan konstruksi dalamnya. Jenis bantalan yang cincin dalam dan cincin luarnaya dapat saling dipisahkan disebut macam pisah.
Gambar 2.1 Jenis-jenis bantalan gelinding
Berdasarkan diameter luar dan diameter dalamnya, bantalan gelinding dapat dibagi atas:
            Diameter luar lebih dari 800 mm                                  Ultra besar 
            Diameter luar 180-800 mm                                         Besar
            Diameter dalam 80-180 mm                                        Sedang
            Diameter dalam 10 mm atau , dan                                Kecil
Diameter luar sampai 80 mm
Diameter dalam kurang dari 10 mm,
dan                   Diameter kecil
Diameter luar 9 mm atau lebih
Diameter kurang dari 9 mm                                           Miniatur

2.2.3  Kelakuan bantalan gelinding
1.      Kemampuan membawa beban aksial
Bantalan radial yang mempunyai sudut kontak yang besar antara elemen gelinding dan cincinnya, dapat menerima sedikit beban aksial. Jenis-jenis bantalan seperti bantalan bola macam alur dalam, bantalan bola kontak sudut, dan bantalan rol kerucut merupakan jenis bantalan yang dibebani gaya aksial yang kecil. Bantalan mapan dapat menyesuaikan diri dengan defleksi poros. Namun kemampuan dalam menahan gaya aksial adalah kecil. Bantalan rol silinder pada umumnya hanya dapat menahan beban radial. Walaupun demikian diantaranya terdapat pula yang mempunyai konstruksi khususuntuk menerima gaya aksial.
2.      Kelakuan terhadap putaran
Diameter poros d (mm) dikalikan dengan putaran per menit n (rpm) disebut harga d.n. Harga ini untuk suatu bantalan mempunyai batas empiris yang besarnya tergantung pada macam dan cara pelumasannya. Tabel 2.1 merupakan suatu pedoman dalam perencanaan bantalan. Bantalan bola alur dalam dan bantalan bola sudut serta bantalan rol silinder pada umumnya dipakai untuk putaran tinggi; bantalan rol kerucut  dan bantalan mapan sendiri untuk putaran sedang; bantalan aksial untuk putaran rendah. Harga-harga diberikan dalam table diatas merupakan batas untuk kondisi kerja terus-menerus dalam keadaan biasa. Untuk bantalan yang diameter dalamnya dibawah 10 mm atau lebih dari 200 mm, terdapat harga-harga yang lebih rendah. Dalam hal pelumasan dngan gemuk, harga-harga batas tersebut adalah untuk umur gemuk 1000 jam. Untuk pelumasan celup 2-2,5 kali harga di dalam tabel dapat diterima; untuk pelumasan dengan pompa 3-5 kali harga dalam tabgel dapat diterima.
Tabel 2.1 Harga batas d.n ………………………....................(Sularso, 1978)



 Kelakuan gesekan
Bantalan bola dan bantalan rol silinder mempunyai gesekan yang relatif kecil dibandingkan dengan bantalan macam lain. Alat-alat ukur, gesekan bantalan merupakan  hal yang menentukan ketelitiannya.
4.      Kelakuan Dalam bunyi dan getaran
Hal ini dipengaruhi oleh kebulatan bola dan rol, kebulatan cincin, kekasaran elemen-elemen tersebut, keadaan sangkarnya, dan kelas mutunya. Faktor lain yang mempengaruhi adalah ketelitian pemasangan, konstruksi mesinnya (yang memakai bantalan tersebut), dan kelonggaran dalam bantalan. Bunyi atau getaran adalah pengaruh gabungan dari pelbagai factor. Sampai saat ini belum ada pemecahan yang sempurna dan memuaskan.
         Sebagai petunjuk, kelakuan bantalan tersebut di atas ditabelkan seperti diperlihatkan dalam tabel 2.2.
Tabel 2.2 Klasifikasi bantalan gelinding serta karakteristiknya (Sularso,1978)
Klasifikasi
Karakteristik
Beban

Elemen gelinding

Baris

Jenis

Beban radial

Beban aksial

Putaran
Ketahanan terhadap tumbukan

Gesekan

Ketelitian
          Radial

Bola
Baris tunggal
Alur dalam
Sedang
Sedang
Sangat tinggi
Rendah
Rendah

Tinggi
Mapan sendiri*
Sangat ringan
Sangat ringan
Tinggi
Sangat rendah
Sangat rendah
Baris ganda
Mapan sendiri
Ringan
Sangat ringan
Tinggi
Sangat rendah

Rendah

Sedang
Alur dalam
Sedang
Ringan
Sedang
Rendah
Rol
Silinder
Baris tunggal
Jenis N, NU*

Berat
Tidak dapat
Sedang
Tinggi
Rendah
Tinggi
Baris ganda
Jenis NN
Tidak dapat
Tinggi
Tinggi
Sedang
Tinggi
Bulat
Baris ganda
Mapan sendiri
Sangat berat
Sedang
Tinggi
Tinggi
Tinggi
Sedang
Gabungan

Bola

Baris tunggal
Kontak sudut
Sedang
Agak berat
Sangat tinggi


Rendah


Rendah

Tinggi
Magneto
Ringan
Ringan
Tinggi
Baris ganda
Kontak sudut
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Rol Kerucut
Baris tunggal
Berat

Berat

Sedang

Tinggi

Tinggi
Tinggi
Baris ganda*
Sangat berat
Sedang
Aksial
Bola
Baris tunggal dan ganda


Tidak dapat
Agak berat
Rendah
Rendah
Rendah
Tinggi

Silinder
Baris tunggal, ganda, tiga*

Sangat berat
Sangat rendah

Tinggi

Tinggi

Sedang
Kerucut
Baris tunggal
Agak rendah

2.2.4        Bahan bantalan gelinding
Cincin dan elemen gelinding pada bantalan umumnya dibuat dari baja bantalan khrom karbon tinggi. Baja bantalan dapat memberikan efek  stabil pada perlakuan panas. Baja ini dapat memberikan umur panjang dengan keausan sangat kecil.
          Untuk bantalan yang memerlukan ketahanan khusus terhadap kejutan, dipakai baja paduan karbon rendah yang kemudian diberi perlakuan panas dengan sementasi. Baja semen yang kedalaman sementasinya dan kekerasan dari inti dan permukaannya adalah sedang, dapat menahan tumbukan yang besarnya beberapa kali kemampuan baja bantalan.
          Bahan untuk sangkar, yang akan mengalami kontak gesekan dengan elemen gelinding, harus tahan aus dan tidak mudah patah. Sangkar untuk bantalan kecil dibuat dengan mengepres pita baja yang difinis dari baja karbon rendah atau baja plat yang difinis. Untuk pemakaian khusus, plat kuningan atau plat baja tahan karat juga sering dipakai. Untuk bantalan besar dipakai baja karbon rendah atau kuningan berkekuatan tinggi. Untuk beberapa macam bantalan putaran tinggi dapat dibuat dari plastik.
Sebagai paku keeling untuk sangkar dipergunakan baja karbon rendah bermutu baik.

2.2.5        Pembacaan nomor nominal pada bantalan gelinding
Dalam praktek, bantalan gelinding standart dipilih dari katalog bantalan. Ukuran utama bantalan adalah:
- Diameter lubang
- Diameter luar
- lebar
- Lengkungan sudut
Nomor nominal bantalan gelinding terdiri dari nomor dasar dan nomor pelengkap. Nomor dasar yang ada merupakan lambang jenis, lambang ukuran(lambang lebar, diameter luar). Nomor diameter lubang dan lambang sudut kontak penulisannya bervariasi tergantung produsen bearing yang ada.
Bagian Nomor nominal
            A C B D
A menyatakan jenis dari bantalan yang ada.
Jika A berharga
0 maka hal tersebut menunjukkan jenis Angular contact ball bearings, double row.
1 maka hal tersebut menunjukkan jenis Self-aligning ball bearing.
2 maka hal tersebut menunjukkan jenis spherical roller bearings and spherical roller thrust bearings.
3 maka hal tersebut menunjukkan jenis taper roller bearings.
4 maka hal tersebut menunjukkan jenis Deep groove ball bearings, double row.
5 maka hal tersebut menunjukkan jenis thrust ball bearings.
6 maka hal tersebut menunjukkan jenis Deep groove ball bearings, single row.
7 maka hal tersebut menunjukkan jenis Angular contact ball bearings, single row.
8 maka hal tersebut menunjukkan jenis cylindrical roller thrust bearings.
            B menyatakan lambang diameter luar.
Jika B berharga 0 dan 1 menyatakan penggunaan untuk beban yang sangat ringan.
Jika B berharga 2 menyatakan penggunaan untuk beban yang ringan.
Jika B berharga 3 menyatakan penggunaan untuk beban yang sedang.
Jika B berharga 4 menyatakan penggunaan untuk beban yang berat.
           
C D menyatakan lambang diameter dalam
Untuk bearing yang berdiameter 20 - 500 mm, kalikanlah 2 angka lambang tersebut untuk mendapatkan diameter lubang sesungguhnya dalam mm. Nomor tersebut biasanya bertingkat dengan kenaikan 5 mm tiap tingkatnya.

2.2.6        Perhitungan beban dan umur bantalan gelinding
1.      Perhitungan beban ekivalen
Suatu beban yang besarnya sedemikian rupa hingga memberikan umur yang sama dengan umur yang diberikan oleh beban dan kondisi putaran sebenarnya disebut beban ekivalen dinamis.
Jika suatu deformasi permanen , ekivalen dengan deformasi permanen maksimum yang terjasi karena kondisi beban statis yang sebenarnya pada bagian dimana elmen gelinding mejmbuat kontak dengan cincin pada tegangan maksimum, maka beban yang menimbulkan deformasin tersebut dinamakan beben ekivalen statis.
Misalkan sebuah bantalan membawa beban radial Fr (kN) dan beban aksial Fa (kN).  Maka beban ekivalen dinamis P(kN) adalah dapat menggunakan persamaan umum sebagai berikut.
P=XFr+YFa
Dimana X adalah faktor beban radial pada bantalan dan Y faktor beban aksial pada bantalan yang dapat dilihat pada tabel  2.3.
Tabel 2.3 Faktor-faktor V, X, Y, dan Xo, Po…………..(Sularso,1978)


Jenis bantalan
Beban putar pd cincin dalam
Beban putar pd cincin luar
Baris tunggal
Baris ganda

e

Baris tunggal

Baris ganda
Fa/VFr>e
Fa/VFre Fa/VFr>e
V
X
Y
X
Y
X
Y
Xo
Yo
Xo
Yo


Bantalan bola
alur dalam
Fa/Co=0,014
          =0,028
          =0,056
          =0,048
          =0,11
          =0,17
          =0,28
          =0,42
          =0,56




1




1,2




0,56
2,30
1,99
1,71
1,55
1,45
1,31
1,15
1,04
1,00




1




0




0,56
2,30
1,90
1,71
1,55
1,45
1,31
1,15
1,04
1,00
0,19
0,22
0,26
0,28
0,30
0,34
0,38
0,42
0,44





0,6




0,5




0,6




0,5

Bantalan bola
sudut
α=200
=250
=300
=350
=400



1


1,2

0,43
0,41
0,39
0,37
0,35
1
1,09
0,92
0,78
0,66
0,55
0,70
0,67
0,63
0,60
0,57
1,63
1,41
1,24
1,07
0,93
0,57
0,68
0,80
0,95
1,14


0,5
0,42
0,38
0,33
0,29
0,26


1
0,48
0,76
0,66
0,58
0,52

2.2.7        Pelumasan bantalan gelinding
Pelumasan bantalan gelinding terutama dimaksud untuk mengurangi gesekan dan keausan antara elemen gelinding dan sangkar, membawa keluar panas yang terjadi, mencegah korosi dan menghindari masuknya debu. Cara pelumasan ada dua macam yaitu pelumasan gemuk dan pelumasan minyak.
Pelumasan gemuk lebih disukai karena penyekatnya lebih sederhana, dan semua gemuk yang bermutu baik dapat memberikan umur panjang (gambar 2.6). Cara yang umum utuk penggemukan adalah dengan mengisi bagian dalam bantalan dengan gemuk sebanyak mungkin; untuk ruangan yang cukup besar . jika harga d.n mendekati batas, 40% dari seluruh ruangan yang ada dapat diisi; untuk harga d.n kurang dari 5000, pengisian gemuk yang agak berlebihan tidak menjadi keberatan. Untuk menentukan umur gemuk dapat dipakai
Bila bantalan celup rapat terhadap kemungkinan masuknya benda asing, umurnya dapat diharapkan sampai tiga kali dari harga diatas.
Pelumasan minyak merupakan cara yang berguna untuk kecepatan tinggi atau temperature tinggi. Yang paling populer diantaranya adalah pelumasan celup. Pada cara ini, dengan poros mendatar, minyak harus diisikan sampai tengah-tengah elemen gelinding yang terendah. Adalah suatu keharusan bahwa temperature minyak dijaga tetap. Untuk maksud ini, dapat dipakai pipa pendingin, atau sirkulasi air. Untuk poros tegak, bila berputar di bawah batas kecepatan, tinggi permukaan minyak harus sedemikian rupa hingga 30-50% dari elemen gelinding tercelup dalam minyak.
Untuk kecepatan tinggi dan beban ringan, seperti pada spindle mesin gerinda, pelumasan tetes atau lembab sangat efektif. Pada cara ini, minyak diteteskan pada elemen gelinding untuk membentuk kelembaban di dalam rumah bantalan.
Untuk kecepatan sedang dan tinggi dapat dipakai jet pembasah dimana minyak dikabutkan dengan tekanan udara untuk membasahi permukaan yang perlu dilumasi (gambar 2.7).
Pada harga d.n sangat tinggi dan beban berat, seperti dalam turbin gas, dipakai pelumasan pompa. Ukuran nozzle, tekanan minyak, dan jumlah aliran minyak tergantung pada jenis bantalan, harga d.n, dan kondisi kerja. Untuk aliran minyak yang besar, sistem pelumasan harus dibuat sedemikian rupa hingga kelebihan minyak akan dikembalikan ke reservoir minyak.
2.3  Proses pengolahan kelapa sawit
Crude palm oil (CPO) dan inti sawit (kernel) merupakan hasil pengolahan dari bahan baku berupa tandan buah segar (TBS) kelapa sawit. Perusahaan minyak kelapa sawit (PMKS) PT. Agrasawitindo dengan kapasitas olah 45 ton/jam tandan buah segar (TBS) mengolah kelapa sawit menjadi CPO dan kernel yang terdiri dari beberapa tahapan dan stasiun yang dijelaskan pada gambar 2.8.
2.3.1        Stasiun penrimaan buah (Fruit reception station)
Buah yang didatangkan dari perkebunan ditempatkan di stasiun penerimaan buah ini sebelum diolah. Dimana pada stasiun ini jumlah TBS dari masing-masing kebun dapat diketahui melalui stasiun ini. Pada stasiun penerimaan buah ini terdiri beberapa tahapan yaitu :
1.            Jembatan timbang (Weight Bridge)
Tandan buah segar (TBS) yang didatangkan dari perkebunan masyarakat baik dari daerah sekitar pabrik (Bengkulu Tengah) maupun dari luar Bengkulu Tengah yang diangkut menggunakan truk terlebih dahulu ditimbang di jembatan timbang. Pada pabrik minyak  kelapa sawit ini  jembatan timbang yang dipakai menggunakan sistem komputer untuk mengetahui  berat. Prinsip kerja dari jembatan timbang yaitu truk yang melewati jembatan timbang berhenti ± 5 menit, kemudian dicatat berat truk awal sebelum TBS dibongkar dan disortir, kemudian setelah dibongkar truk kembali ditimbang, selisih berat awal dan akhir adalah berat TBS yang ditrima di pabrik. 
2.            Penyortiran
Pada tahap ini buah harus diperiksa dan dipilih agar buah yang diterima pabrik sesuai dengan tingkat kematangannya. Setelah buah disortir sesuai dengan tingkat kematangannya buah tersebut dimasukkan ketempat penimbunan sementara ( Loding ramp )
Gambar 2.9 Penyortiran

3.            Tempat pemindahan buah (Loading ramp)
Setelah TBS  melewati tahap penyortiran maka TBS  tersebut di tempatkan ke penampungan sementara sebelum diproses. Selanjutnya buah dipindahkan  menggunakan loading ramp ke dalam lori. Loading  ramp ini juga berfungsi  untuk menyaring kotoran pada saat pemasukan TBS kedalam lori.
Gambar 2.10 Loadin ramp

4.            Lori buah
Pada tahapan ini buah dimasukan ke dalam lori buah dengan kapasitas angkut 4 - 4,5 ton TBS. Lori buah ini juga berfungsi sebagai tempat merebus buah. Lori sebaiknya diisi sesuai dengan kapasitas angkutnya, jika melebihi kapasitas angkutnya dapat mengakibatkan packing door tergesek buah yang  menyebabkan buah jatuh kedalam rebusan. Lori – lori yang telah diisi TBS dari loading ramp ditarik dengan capstand kemudian dipindahkan kedalam sterilizer untuk direbus dengan system penekanan.
Gambar 2.11 Lori buah
2.3.2  Stasiun perebusan (Sterilization station)
Lori yang telah diisi TBS dimasukan kedalam sterilizer yang ditarik menggunakan capstand.. Adapun tujuan perebusan :
1.      Mengurangi peningkatan asam lemak bebas.
2.      Mempermudah proses pembrodolan pada threser.
3.      Menurunkan kadar air.
4.      Melunakan daging buah, sehingga daging buah mudah lepas dari biji.
Tujuan diatas dapat tercapai semua apabila proses pembrondolan pada threser tercapai secara efektif. Sterilizer memiliki bentuk panjang 26 m dan diameter pintu 2,1 m. Dalam sterilizer dilapisi wearing plat setebal 10 mm yang berfungsi untuk menahan steam, dibawah sterilizer terdapat lubang yang gunanya untuk pembuangan air condesat agar pemanasan didalam sterilizer tetap seimbang.
Dalam proses perebusan minyak yang terbuang 0,7 %. Dalam melakukan proses perebusan diperlukan uap untuk memanaskan sterilizer yang disalurkan dari boiler. Uap yang masuk ke sterilizer 2,8 – 3 kg/cm2 , 1400C, dan direbus selama 60 menit.
Gambar 2.12 Sterilizer

2.3.3        Stasiun penebahan (Threshing stasiun)
Setelah tahapan pada stasiun perebusan selesai, lori buah ditarik keluar menggunakan capstand menuju tipller. Tipller merupakan tempat untuk menumpahkan buah kelapa sawit yang sudah direbus dengan sterilizer dengan cara memutar lori 180o, setelah seluruh buah kelapa sawit tumpah, buah kelapa sawit tersebut di angkut menggunakan conveyor menuju stasiun penebahan (threshing stasiun).
Gambar 2.13 Tipller
Pada stasiun ini buah dipisah dari tandan atau janjangannya dengan cara membanting-banting TBS yang sudah direbus  dan berputar sekitar 23-25 rpm.  Akibat putaran threser  terbantingnya buah pada dinding rotary drum sehingga brondolan terpisah dari janjanngan, dengan gaya sentrifugal janjangan akan terlempar keluar dari rotary drum threshing.
Gambar 2.14 Threser

2.3.4        Stasiun pengempaan (Pressing station)
            Proses pada stasiun pengempaan (pressing station) adalah proses pertama dimulainya pengambilan minyak dari buah kelapa sawit dengan proses pelumatan dan pengempaan. Baik buruknya pengoperasian peralatan mempengarui efisiensi pengambilan minyak. Proses ini terdiri  beberapa tahapan yaitu :
1.    Digester
Setelah buah terpisah dari janjangannya, maka buah dikirim ke digester dengan cara buah masuk ke conveyor under threser yang fungsinya untuk membawa buah ke fruit elevator yang fungsinya untuk mengangkat buah keatas masuk ke distribusi conveyor yang kemudian menyalurkan buah masuk ke digester. Didalam digester tersebut buah atau berondolan yang sudah terisi penuh diputar atau diaduk dengan menggunakan pisau pengaduk pada digester, sedangkan pisau pada bagian dasar digester sebagai pelempar atau mengeluarkan buah dari digester ke screw press. Adapun fungsi digester adalah :
1.      Melumatkan daging buah.
2.      Memisahkan daging buah dengan biji.
3.      Mempersiapkan feeding press.
4.      Mempermudah proses di press.
5.      Menaikkan Temperatur.

Gambar 2.15 Digester
2.            Screw press
            Fungsi dari Screw Press adalah untuk memeras berondolan yang telah dicincang, dilumat dari digester untuk mendapatkan minyak kasar. Buah – buah yang telah diaduk secara bertahap dengan bantuan pisau – pisau pelempar dimasukkan kedalam feed screw conveyor dan mendorongnya masuk kedalam mesin pengempa ( twin screw press ). Oleh adanya tekanan screw yang ditahan oleh cone, massa tersebut diperas sehingga melalui lubang – lubang press cage minyak dipishkan dari serabut dan biji. Selanjutnya minyak menuju stasaiun clarifikasi, sedangkan ampas dan biji masuk ke stasiun kernel.
Gambar 2.16 Screw press
2.3.5        Stasiun pemurnian minyak (Clarification station)
            Kotoran dan unsur-unsur yan mengurangi kualitas minyak dipisahkan dan dihilangkan seminimal mungkin pada stasiun pemurnian minyak ini. Minyak, air, dan kotoran dipisahkan dengan sistem pengendapan, sentrifuge, dan penguapan.
Pada stasiun pemurnian minyak ini menggunakan beberapa peralatan sebagai berikut:
1.            Talang minyak (Oil gutter)
Minyak hasil ekstraksi dari screw press ditampung pada talang minyak (oil gutter) yang selanjutnya dilakukan pengenceran. Pengenceran ini dilakukan  untuk memudahkan pemisahan minyak dengan pasir dan serat yang terdapat didalam minyak, suhu air pengenceran 80 – 90oC.
2.            Tangki pemisah pasir (Sand trap tank)
Sand trap tank berfungsi untuk mengurangi jumlah pasir dalam minyak yang akan dialirkan keayakan (saringan), dengan maksud agar ayakan terhindar dari gesekan pasir kasar yang dapat menyebabakan keausan ayakan. Alat ini berdasarkan gaya gravitasi yaitu mengendapkan padatan.
3.            Ayakan getar (Vibro screen)
Benda-benda yang terikut pada minyak kasar disaring pada ayakan getar (vibro screen). Ayakan ini berkerja dengan cara getaran melingkar atas dan bawah yang terdiri dari dua tingkat ayakan dengan ukuran 20 dan 40 mesh yang sering disebut dengan double deck.
4.            Crude oil tank (COT)
Minyak kasar yang telah disaring  ditampung pada crude oil tank yang selanjutnya dipompakan ketangki pemisah. Untuk menjaga suhu tetap (80-90oC) diberikan penambahan panas dengan menginjeksiakan uap.
5.             Continous settling tank (CST)
Continous Settling Tank berfungsi untuk mengendapkan sludge (lumpur) yang terkandung dalam minyak kasar, untuk mempermudah pemisahan, suhu dipertahankan 80 – 90oC dengan sistem injeksi uap. Didalam CST minyak dibagi menjadi tiga bagian, bagian atas adalah minyak yang dikutip dengan bantuan skimer untuk dialirkan kedalam oil tank, bagian tengah merupakan sludge yang masih mengandung minyak yang akan dialairkan ke sludge tank, dan bagian bawah merupakan air untuk menaikan level minyak.
3.            Oil tank (OT)
Minyak yang telah di pisahkan pada tangki pemisah ditampung dalam tangki ini untuk dipanaskan lagi sebelum diolah lebih lanjut pada oil purifier.
4.            Oil purifier
Oil purifier berfungsi untuk memisahkan minyak dengan air dan kotoran – kotoran halus yang masih ada dalam minyak, pemisahan minyak dilakukan dengan gaya sentrifugal. Dengan adanya perbedaan berat jenis antara sludge dengan minyak, maka minyak yang berat jenis <1 akan naik keatas dan diteruskan ke vacum dryer untuk mengurangi kadar air.
5.            Vacum dryer
Vacum dryer digunakan untuk memisahkan air dengan minyak dengan cara penguapan hampa. Uap air yang terkandung dalam minyak akan terhisap pada tekanan atmosfir. Uap air yang terhisap akan dibuang ke atmosfir. Di bawah pelampung terdapat Toper spindle untuk mengatur minyak yang disalurkan kedalam bejana vacum dryer sehingga kehampaan dalam vacum dryer tetap 76 cmHg. Kemudian melalui nozzel, minyak akan disemburkan kedalam bejana sehingga penguapan air akan lebih sempurna. Untuk menjaga keseimbangan minyak masuk dan keluar dari bejana digunakan float valve dibagian bawah bejana.
6.            Tank storage
Storage tank merupakan tangki penampung minyak sementara sebelum dikirim pada konsumen atau tempat penampungan minyak hasil produksi. Tangki ini dilengkapi dengan alat pemanas sistem coil yang dipasang pada dasar tangki. Temperatur minyak dalam yangki dipertahankan sekitar 40 – 50oC. Pemanasan dalam tangki ini bertujuan untuk menjaga kondisi minyak agar tetap berkualitas baik. Sebab minyak kelapa sawit pada suhu kamar akan cepat membeku yang berati asam lemak bebas akan meningkat.
7.            Sludge tank
Sludge tank berfungsi untuk menampung sludge yang berasal dari CST. Didalam tangki ini dilakukan pemanasan dengan menggunakan pipa uap tertutup agar minyak tergoncang dan suhu tetap dipertahankan 95oC.
8.            Sand cyclone
Alat ini ditempatkan pada pipa aliran antara sludge tank yang kemudian dialirkan melalui buffer tank. Sand cyclone berfungsi untuk mengurangi jumlah pasir dan padatan yang mungkin masih terdapat pada minyak yang berasal dari sludge tank. Alat ini terbuat dari keramik yang memisahkan lumpur atau pasir secara garvitasi.
9.            Sludge buffer tank
Sludge buffer tank berfungsi untuk menampung sludge yang masi mengandung minyak sebelum diolah ke sludge separator.
10.        Sludge separator
Dengan gaya sentrifugal minyak yang berat jenisnya lebih kecil bergerak menuju poros dan terdorong keluar melalui sudu – sudu menuju CST. Cairan dan ampas yang berat jenis lebih besar terbuang keparit.
11.        Sludge drain tank
Tangki ini dilengkapi dengan sistem pemanas injeksi untuk tujuan pemanasan. Minyak yang terapung dibagian atas dialirkan ke tangki penampung minyak (reclaimed oil tank) sedangkan sludge dibuang ke bak fat pit.
12.        Reclaimed oil tank
Cairan dengan kadar minyak tinggi dari tangki minyak kutipan di tampung di dalam tangki ini untuk kemudian dipompa ke tangki pemisah.
13.        Decanter
Decanter berfungsi untuk memisahkan fraksi minyak dengan fraksi air dan fraksi padat atau fraksi padat dengan cairan. Fraksi padat yang berbentuk lumpur padat diangkut dengan gerbong trailer kekebun untuk pupuk, sedangkan fraksi cair dipompakan kedalam tangki settling tank untuk diolah lebih lanjut.
14.        Fat Pit
Fat pit di gunakan untuk menampung cairan yang masih mengandung minyak yang berasal dari air kondensat dari stasiun perebusan dan stasiun klarifikasi. Minyak yang dikutip akan dipompakan kembali ke reclaimed oil tank.
2.3.6  Stasiun pengolahan inti (Kernel station)
            Awal proses pengolahan inti ini terjadi setelah proses pengepresan pada screw press dimana dihasilkan crude oil dan fiber. Fiber tersebut akan masuk ke stasiun pengolahan inti (kernel stasion). Adapun bagian – bagian pada stasiun pengolahan inti adalah sebagai berikut :
1.            Cake breaker conveyor
Fungsinya adalah untuk mengantarkan ampas dan biji ke depericarprer serta mengurangi kadar air fibre sehingga memudahkan kerja blower pada depericarprer. Alat ini terdiri dari pedal - pedal yang diikat pada poros yang berputar 52 rpm. Kemiringan pedal – pedal diatur sehingga pemecahan gumpalan terjadi dengan sempurna. Sepanjang cake breaker conveyor, cake diaduk dengan tujuan untuk memisahkan fibre dan nut. Untuk memudahkan pemisahan tersebut maka dinding cake breaker conveyor dialirkan steam agar fibre dan nut menjadi kering.
2.            Depericarper
Depericarper adalah satu tromol tegak dan panjang, yang ujungnya terdapat blower pengisap dan fibre cyclone. Fungsi dari depericarper adalah untuk mengisap fibre, fibre yang lebih ringan dari nut akan terhisap oleh fan dan masuk ke fibre cyclone, sedangkan nut yang lebih berat masuk kedalam polishing drum.
3.            Nut polishing drum
Nut polishing drum merupakan alat adalah alat untuk memisahkan fibre yang masih melekat pada nut di depericarper. Alat ini berbentuk drum berputar dan berlubang – lubang. Jika nut masuk kedalam alat ini maka akan terpoles akibat putaran drumnya sehingga fibre yang melekat pada nut menjadi terlepas. Nut yang telah bersih keluar dan dihisap oleh blower melalui destoner sistem,hal ini mengakibatkan benda – benda yang lebih berat dari nut akan jatuh kebawah dan dibuang, sedangkan nut menuju ke nut silo.
4.            Nut silo
Nut silo adalah alat yang digunakan untuk tempat pemeraman biji yang selanjutnya bila biji tersebut telah cukup kering akan dipecah dengan alat pemecah (ripple mill). Pada nut silo terdapat elemen pemanas dan meniupkan udara panas untuk mengeringkan biji
5.            Ripple mill
Ripple mill adalah alat pemecah nut. Didalam ripple mill nut akan dipecahkan menjadi inti (kernel) dan cangkang (shell). Pemecahan nut dilakukan dengan cara nenekan nut dengan rotor pada dinding bergerigi, setelah nut pecah, campuran inti dan cangkang jatuh ke cracked mixture conveyor dan masuk ke elevator untuk diumpankan ke light tenera separation.
6.            Light tenera separation
                  Light tenera separation adalah pemisahan campuran pertama yang berkerja berdasarkan atas berat dan kemampuan hisap blower.dengan adanya hisapan blower ini campuran akan terbagi menjadi tiga bagian :
1.      Shell, yang lebih ringan akan terhisap dan masuk ke shell hopper untuk digunakan sebagai bahan bakar boiler.
2.      Nut, yang lebih berat tidak dapat dihisap sehingga jatuh kelantai, ditampung dan dikembalikan ke dalam nut silo.
3.      Inti dan sebagian cangkang masuk ke light tenera dust separation, inti akan masuk ke kernel distributing conveyor,sedangkan cangkang dan inti pecah yang masi tersisah masuk ke claybath.
7.            Light tenera dust separation
Bentuk dan cara kerja sama dengan LTDS 1, bentuk tromol tegak dan berfungsi untuk membersihkan kernel dari cangkang – cangkang kasar dan kernel pecah yang ringanakan masuk ke shell hopper, sedangkan kernel yang lebih berat tidak terhisap pleh blower sehingga akan jatuh ke kernel transfer conveyor.
8.            Claybath
Prinsip kerja claybath hampir sama dengan pemisah kernel dengan menggunakan hidrocyclone. Pemisahan kernel dengan cangkang menggunakan claybath menggunakan CaCO3, pemisahannya berdasarkan berat jenis, shell yang lebih berat akan tenggelam dengan batuan larutan CaCO3 dan kernel akan terapung, cangkang dan inti pecah tersebut akan dipompakan ke vibrating screen, cangkang dan inti pecah akan terpisah sendiri dan agar kernel bersih terhadap CaCO3 maka dibilas dengan menggunakan air dingin. Cangkang yang terpisah masuk ke shell transfort dengan bantuan blower sedangkan kernel jatuh ke kernel distributing conveyor dan masuk ke kernel silo dengan bantuan kernel elevator.
9.            Kernel silo
kernel silo adalah silinder tegak yang berlubang – lubang tempat penyimpanan dan pengeringan kernel sebelum disimpan di bulk silo kernel. Pengeringan menggunakan suhu 50 – 60oC agar kernel tidak berjamur dan dapat tahan lebih lama serta mencegah menaikan kadar asam lemak bebas.
10.        Kernel bin
Kernel bin adalah tempat penyimpanan kernel sebelum diolah menjadi minyak inti (oil kernel), kernel bin ini suhunya harus juga dijaga, agar kernel dalam keadaan kering dan tidak lembab.



Metodologi Penelitian
3.1  Prosedur  penelitian dalam kerja praktek
Prosedur dalam penelitian kerja praktek ini meliputi: studi lapangan, studi literatur, pengolahan data, analisa dan pembahasan serta kesimpulan. Gambar 3.1 menunjukan prosedur penelitian yang dilakukan. Pada kerja praktek ini dilakukan pengamatan dan pengecekan pada bantalan lori TBS. Dari hasil pengamatan diperoleh masalah tentang kerusakan bantalan. Untuk mengetahui dan menghitung kerusakan bantalan dilakukan pengambilan data dan mengolah serta serta menganalisis data hasil perhitungan


3.1  Material bantalan
         Pada lori TBS terdapat bantalan gelinding yang berfungsi untuk menggerakkan lori. Bantalan gelinding yang digunakan memiliki beberapa karakteristik yaitu: density, hardness, modulus of elasticity, thermal expansion dan electrical properties yang besarnya dapat dilihat pada Table 3.1.
3.1  Alat dan bahan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di lapangan ada beberapa alat dan bahan yang digunakan pada proses pengolahan TBS. Alat-alat dan bahan tersebut adalah mesin perebusan, capstand, lori buah, bantalan dan pelumas. Dari pengamatan di lapangan didapatkan spesifikasi alat dan bahan untuk penyelesaian kasus dalam kerja praktek ini.
3.1.1     Mesin perebusan (Sterilizer)
Sterilizer merupakan mesin yang digunakan untuk merebus TBS sawit. Dalam melakukan proses perebusan diperlukan uap untuk memanaskan sterilizer yang disalurkan dari boiler. Uap yang masuk ke sterilizer bertemperatur 1400C dengan tekanan 2,8 – 3 kg/cm2, dan direbus selama 60 menit. Gambar 3.2 menunjukkan mesin perebusan (sterilizer).




3.1.1     Capstand
           Capstand merupakan suatu alat penarik lori untuk keluar dan masuk mesin perebusan. Capstand dijalankan untuk menarik lori dengan melilitkan tali secara teratur dan tidak bertindihan. Capstand penarik lori ini memiliki putaran 15 rpm yang mana putaran lori ini sama dengan putaran roda lori. Gambar 3.3 menunjukkan bentuk capstand yang digunakan.
 
Gambar 3.3 Capstand
3.1.2     Lori buah
           Lori buah merupakan suatu alat untuk mengangkut, memindahkan dan tempat merebus TBS sawit dengan kapasitas sebesar 4 - 4,5 ton/lori.Lori ini memiliki berat kosong 2,5 ton. Lori sebaiknya diisi sesuai dengan kapasitas angkutnya. Jika melebihi dapat mengakibatkan packing door tergesek buah yang  menyebabkan buah jatuh kedalam rebusan. Lori – lori yang telah diisi TBS sawit dari loading ramp ditarik dengan capstand kemudian dipindahkan kedalam sterilizer untuk direbus dengan sistem penekanan. Gambar 3.4 menunjukkan gambar lori buah yang terdapat di PT. Agrasawitindo dengan penggerak bantalan gelinding.
Gambar 3.4 Lori buah
3.1.3     Bantalan
           Bantalan merupakan salah satu jenis elemen mesin yang menumpu poros yang berfungsi untuk tempat dudukan poros agar berputar/bergerak bolak-balik secara halus dan aman. Agar bantalan beserta elemen mesin lainnya dapat bekerja dengan baik bantalan harus kokoh dan diberi pelumas. Bantalan yang digunakan memiliki spesifikasi sebagai berikut:
·         Designations                                 : 6215 Single row deep groove                                                        ball bearings                                
·         Principal dimensions
Diameter luar                                : 130 mm
Diameter dalam                             : 75 mm
Tebal                                             : 25 mm
·         Basic load rating
Dynamic (C)                                 :68,9 kN
Static (Co)                                     :49 kN
·         Fatique load limit (Pu)                  :2,04 kN
·         Mass                                              :1,2 kg
Gambar 3.5 menunjukkan jenis ball bearing 6215 yang digunakan pada roda bantalan.

3.1.1     Pelumasan
           Pelumasan pada bantalan gelinding berfungsi untuk mengurangi efek gesekan pada bantalan sehingga antara elemen gelinding dan cangkang dapat dikurangi, sebagai pendingin, mencegah korosi dan menghindari masuknya kotoran. Jenis pelumasan gemuk (grease) lebih banyak digunakan karena penyekatnya lebih sederhana, dan grease yang bermutu baik dapat memberikan umur panjang. Tabel 3.2 menunjukan spesifikasi pelumas/grease yang digunakan.

3.1.1     Data lapangan
          Data lapangan yang digunakan meliputi jenis bantalan, basic load dynamic (C), basic load static (Co), beban radial (Fr), Beban aksial (Fa) dan putaran roda lori (n). Tabel 3.3 menunjukkan nilai dari data lapangan yang digunakan.
Tabel 3.3 Data lapangan
Jenis Bearing
C
Co
Fr
Fa
Putaran
6215
68,9 kN
49 kN
69,027 kN
69,027 kN
15 rpm

3.1  Perhitungan umur bantalan
Dalam menghitung umur bantalan digunakan persamaan untuk menghitung umur bantalan dengan keandalan 90% dan pengaruh suhu terhadap umur bantalan. Dimana persamaan yang digunakan untuk menghitung umur bantalan dengan keandalan 90%  adalah:


Hasil dan Pembahasan

4.1.1        4.1 Perhitungan umur bantalan dengan keandalan 90%
Dalam perhitungan umur bantalan dengan keandalan 90% ini yang digunakan data sebagai berikut:
1.      Jenis bearing adalah bearing dengan tipe 6215 single deep groove ball bearing.
2.      Basic load dynanic (C)                        = 68,9 kN
3.      Basic load static  QUOTE                   =49 kN
4.      Beban radial    QUOTE                         = 69,027 kN
5.      Beban aksial  QUOTE                           =69,027 kN
6.      Putaran roda lori buah  QUOTE             = 15 rpm         
Sebelum melakukan perhitungan umur bearing dengan keandalan 90 % terlebih dahulu menghitung besar beban ekivalen dinamis  QUOTE    menggunakan persamaan 2.2. Perhitungannya adalah:


4.1.2. Pengaruh temperatur terhadap umur bantalan
            Saat proses perebusan TBS sawit di stasiun perebusan  dimana temperatur perebusan adalah 1400 C dengan tekanan sebesar 2,8–3 kg/cm2  dan lama proses perebusan adalah 60 menit sampai temperatur merata ke seluruh TBS. Umur bearing untuk kecepatan konstan dapat dihitung dengan persamaan:

Berdasarkan hasil perhitungan umur bantalan dengan keandalan 90% dari satu juta putaran menunjukan tidak ada kerusakan yang terjadi akibat kelelahan. Nilai kelelahan diperoleh dari  beban dinamis dibagi dengan beban (P) yang diberi. Dari hasil tersebut diperoleh jumlah putaran 0,22  juta putaran
     Umur bearing berdasarkan waktu/ jam operasi bearing dari hasil perhitungan diperoleh 2444  jam. Dari hasil pengamatan di lapangan umur bearing lebih singkat dari hasil perhitungan. Hal ini disebabkan oleh pengaruh temperatur kerja bearing yang lebih tinggi dari temperatur kerja pelumasan sehingga pelumas cepat mencair dan ini mengakibatkan sistem pelumasan bantalan tidak bekerja dengan baik. Cairnya grease/pelumas menyebabkan terjadinya kontak langsung antara ball bearing dengan cincin bearing pada bearing. Hal ini menyebabkan bantalan memiliki umur yang singkat.
     Pelumas/grease yang  digunakan adalah  grease tipe Shell Alvania Grease HDX 2 dengan suhu kerja terendah -100C dan suhu kerja tertinggi +1200C. Sementara suhu kerja pada stasiun perebusan sebesar +1400C. Gambar 4.2 menunjukkan standar grease bantalan yang dikeluarkan oleh SKF.


Gambar 4.1. Standar grease bantalan

Gambar 4.2 menunjukan jenis peringatan grease yang digunakan untuk berbaai temperatur. Untuk komposisi pengental dari minyak dasarnya temperature kerja grease diatur denan standard seperti terlihat pada gambar 4.3.
Gambar 4.2 Standarisasi temperature kerja grease

Pada gambar 4.3 terlihat bahwa grease yang digunakan dengan jenis Shell Alvania Grease HDX 2 memiliki batas temperatur kerja terendah -100C dan tertinggi +1200C. Sementara temperatur  rebusan pada stasiun perebusan adalah  1400C sehingga pada saat bantalan lori yang berada pada lori buah direbus dengan temperatur  1400C dengan tekanan sebesar 2,8–3 kg/cm2  selama 60 menit  grease mencair karena temperatur perebusan  diatas suhu kerja dari grease yang digunakan. Sehingga elemen gelinding dan cangkang bearing kontak langsung terhadap ball bearing yang mengakibatkan bearing menjadi cepat aus dan apabila lori tetap dipaksakan beroperasi tanpa menambah grease maka poros pada bearing juga akan semakin cepat aus dan pada akhirnya bearing akan pecah.
SKF selaku produsen dari bearing yang digunakan memiliki spesifikasi dan karakteristik dari jenis  grease yang ditunjukkan gambar 4.3. Berdasarkan gambar 4.3  direkomendasikan menggunakan grease sesuai dengan suhu kerja bearing dan grease. Dapat dilihat grease dengan jenis LGHB 2 memiliki high temperature performance limit (HTPL) sebesar +1500C dan low temperature limit (LTL) sebesar -200C agar sesuai dengan suhu kerja dari bearing pada saat di stasiun perebusan.

Gambar 4.3 Jenis grease yang diproduksi SKF

Karakteristik dari grease yang diproduksi oleh SKF juga dijelaskan pada table 4.1
Tabel 4.1 Spesifikasi dan karakteristik grease SKF ....................(General catalogue SKF, 2003)
SKF grease-technical specification and characteristics
Part 2: Characteristics
Desig-
Nation
High temperature,
above 1200C
Low temperature
Very high speed
Very low speed or oscillations
Low torque, low friction
Severe vibrations
Heavy loads
Rust inhibiting properties
Water resistance
LGMT 2
LGMT 3
LGEP 2
LGLT 2
LGHP 2
LGFP 2
LGGB 2
LGWA 2
LGHB 2
LGET 2
LGEM 2
LGEV 2
LGWM 1




+


+
Contact the SKF application engineering service
+



+
0

0




-
+
0
0
0
+
+
0
0
0
0

-
-
0
-
-
0
-
-
-
0
0
+

+
+
0
+
0
-
+
0
0
0
0
-

-
-
0
+
+
+
-
+
0
+
+
+

+
+
-
0
0
+
-
0

+
+
+

+
+
+
+
0
+
0
+
+
0
+
+

+
+
+
+
+
+
0
+
+
+
+
+

+
+
+


Symbols : + Recommended
                  0 Suitable
                  --Not suitable
Where no symbolis indicated the relevant grease may be used – however it is not recommended

Berdasarkan tabel 4.1 dijelaskan grease LGHB 2 dapat digunakan pada suhu kerja di atas 1200C, sesuai untuk untuk kecepatan tinggi dan juga di rekomedasikan untuk kecepatan rendah. Grease LGHB 2 tidak cocok untuk torsi dan gesekan yang kecil karena jenis grease ini direkomendasikan untuk muatan atau beban yang berat. Grease LGHB 2 juga memiliki sifat mencegah karat dan memiliki ketahanan terhadap air.



Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1.      Umur bearing dengan tipe 6215 Single row deep groove  ball bearings adalah 0,22 juta putaran dengan waktu operasi selama 2444 jam.
2.      Berdasarkan waktu operasi di lapangan bantalan tidak bekerja sesuai dengan umur perhitungan. Hal ini disebabkan oleh pengaruh temperatur kerja bearing yang tinggi sehingga sistem pelumasan pada bantalan tidak bekerja dengan baik dan terjadi kontak langsung antara ball bearing dengan outer ring dan inner ring tanpa ada pelumas yang meredam kontak tersebut.
3.      Dari hasil rekomendasi berdasarkan tabel SKF maka akan dipilih jenis pelumas LGHB 2 yang  memiliki high temperature performance limit (HTPL) sebesar +1500C dan low temperature limit (LTL) sebesar -200C agar sesuai dengan suhu kerja dari bearing pada saat di stasiun perebusan

5.2 Saran
Berdasarkan perhitungan dan analisis yang telah dilakukan, penulis menyarankan  hendaknya:
1.      Menggunakan pelumas/grease sesuai dengan temperature kerja bearing.
2.      Memeriksa pelumas/grease secara berkala untuk memperlambat laju keausan pada bearing.

              Daftar Pustaka

RH Sembiring, Proses Pengolahan Kelapa Sawit, Universitas Sumatera Utara. 2010
SKF general catalogue, Media-Print, Germany:2003
Sukirno, Pelumasan dan teknologi pelumasan, Departemen Kimia-FT UI
Sularso, Dasar perencanaan dan pemilihan elemen mesin, P.T. Pradnya Paramita.               Jakarta:1978.
Anda memberi ini +1 secara publik. Urungkan





6 komentar: